I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klimatologi pertanian merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuan tentang hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema
khusus kegiatan pertanian, terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam
jangka pendek.Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro
yakni keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman
atau obyek pertanian tertentu yang bersangkutan.Selain itu dalam hubungan yang
luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan antara
laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur cuaca
dari pengamatan jangka panjang.
Dalam Agroklimatologi salah satu hal
yang akan kita pelajari dan penting untuk diketahui adalahUnsur-unsur Iklim dan
Faktor-faktor Pengendali Iklim. Unsur-unsur iklim dan pengendali iklimsangat
penting untuk dipelajari karena iklim merupakan salahsatu hal yang sangat
penting dalamdunia pertanian. Iklim dapat mempengaruhi hasil produksi pertanian
baik itu dari segi kualitas,kuantitas, maupun kontinuitas tujuan
praktikum.
Manusia dapat bertahan sampai satu
hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapitanpa udara manusia
hanya bertahan beberapa menit saja. Jadi Anda tentu bisa menyimpulkansendiri
betapa pentingnya udara bagi kehidupan di bumi. Karena tanpa udara, maka manusia,hewan
dan tumbuh tumbuhan tidak dapat hidup. Udara untuk kehidupan sehari-hari
terdapat diatmosfer.
Atmosfer sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Hal ini disebabkan karena segala peristiwacuaca terjadi pada
ketinggian antara 0 sampai 10 km dari permukaan bumi. Seperti
terjadinya badai, angin topan, dan banjir yang sangat berpengaruh terhadap
aktivitas kehidupan manusia.Dengan adanya atmosfer juga dapat menyelamatkan
kehidupan mahkluk hidup dari bahaya sinar ultra violet yang dipancarkan
bersama radiasi matahari. Atmosfer juga terdiri dari gas-gas
yang dibutuhkan tumbuhan, hewan, dan manusia. Oleh karena itu, pemahaman
tentang fenomenaatmosfer terutama di lapisan sampai 10 km sangat diperlukan,
sehingga kita dapat mengetahui atau memanfaatkannya untuk kesejahteraan
manusia.
Dalam atmosfer (lautan udara)
senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban
(lengas udara). Kadar ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara
setempat. Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara.
Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di dalam
udara.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum
ini antara lain :
Ø Mengetahui bentuk dan cara kerja
dari alat-alat meteorologi pertanian
Ø Mengetahui letak dan cara penempatan
peralatan meteorologi pertanian dalam stasiun agroklimatologi di
Agrotechnopark, Gelumbang.
Ø Memahami cara pengamatan dan
pengukuran curah hujan, kelembaban, dan kecepatan angin di Agrotechnopark,
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Curah
Hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan
presipitasi non-cair seperti salju, batu
es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan
atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di
atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap
air di atmosfer menjadi butirair yang cukup berat untuk jatuh dan
biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat
mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau
penambahan uap air ke udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan
antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memilik ukuran yang
beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir
kecil).
Hujan
adalah kebasahan yang jatuh ke bumi dalam bentuk cair. Butir-butir hujan
mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan terdapat dalam beberapa macam yaitu
hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama pada besarnya
butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja jatuh dari awan
cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar
(Karim,1985).
Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun
tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi
kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan
curah hujan sebagai kriteria utama. Dengan adanya hubungan sistematik antara
unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang
klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu
atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai
kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Curah
hujan sering disebut dengan presipitasi. Presipitasi adalah air dalam bentuk
cair atau padat yang mengendap ke bumi yang selalu didahului oleh proses
kondensasi atau sublimasi atau kombinasi keduanya yang sering dinyatakan dalam
mm. Uap air merupakan sumber presipitasi seperti hujan dan salju. Jumlah uap
air yang terkandung dalam udara merupakan indikator potensi atmosfer untuk
terjadinya presipitasi. Kandungan uap air diatmosfer hanya kurang dari 2 % dari
total volume di atmosfer. Kandungan uap air dapat bervariasi antara 0 % hingga
3 % didaerah lintang menengah dan dapat mencapai 4 % di daerah tropika basah.
Curah
hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual.
Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah,
sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu
tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium
(obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini
dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe
observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan
dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah (jumin,
2002).
Alat
pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung, timbangan dan
jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti,
waktu terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan
dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap
hari karena periode pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan
lain (Sutedjo, Mul Suryani dan Kartasapoetra. 2005).
Curah
hujan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau unsur-unsur presipitasi
yakni pertama,hujan. Hujan adalah butir-butir air yang jatuh ke bumi dalam
bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Macam hujan
yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan lebat. Perbedaan terutama
pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun sebentar saja dari awan
cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat dengan intensitas yang besar.
Kedua salju, terjadi karena sublimasi uap air pada suhu dibawah titik beku.
Bentuk dasar dari slju adalah hexagonal akan tetapi hal ini tergantung dari
suhu dan cepatnya sublimasi. Dan yang ketiga, hujan ES. Hujan es jatuh pada
waktu hujan guntur dari awan cumulonimbus. Didalam awan terdapat konveksi dari
udara panas dan lembab. Dalam udara panas dan lembab yang naik secara
konvektif, dan terjadilah sublimasi. Bilamana aliran menjadi lemah, butir-butir
air akan turun sehingga sampai pada bahagian bawah, disini mengisap air
sehingga sebagian membeku oleh inti yang sangat dingin itu (Handoko, 1986).
B.
Suhu
dan Kelembaban
Suhu adalah derajat
panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan
thermometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat Celcius (oC),
sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya dinyatakan dalam derajat
Fahrenheit (oF). oC = 5/9 (oF-32o) dan oF = 9/5(oC) + 320.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di
permukaan bumi antara lain:
1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim.
2. pengaruh daratan atau lautan.
3. pengaruh ketinggian tempat
4. pengaruh angin secara tidak langsung
5. pengaruh panas laten
6. penutup tanah
7. tipe tanah
8. pengaruh sudut datang sinar matahari.
1. Jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim.
2. pengaruh daratan atau lautan.
3. pengaruh ketinggian tempat
4. pengaruh angin secara tidak langsung
5. pengaruh panas laten
6. penutup tanah
7. tipe tanah
8. pengaruh sudut datang sinar matahari.
Pengaruh
suhu terhadap makhluk hidup sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat
bergantung padanya, terutama dalam kegiataanya. Contoh, tanaman memerlukan suhu
tertentu, artinya tanaman itu tidak akan tumbuh dengan baik bila
syarat-syaratnya tidak dipenuhi. Pengaruhnya pada proses pematangan buah adalah
makin tinggi suhu makin cepat matang. Dengan suhu yang tinggi, benih akan
melakukan metabolisme lebih cepat. Benih yang dibiarkan atau ditanam pada
dataran atau tanah tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi, pada tanaman
juga ada suhu maksimum dan suhu optimum yang diperlukannya. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Suhu minimum
adalah suhu terendah dimana tanaman masih dapat hidup, sedangkan suhu optimum
adalah suhu yang terbaik yang dibutuhkan tanaman dimana proses pertumbuhannya
dapat berjalan lancar (Kartasapoetra, 2004).
Suhu
mempunyai arti yang vital, karena suhu menentukan kecepatan reaksi- reaksi dan
kegiatan-kegiatan kimiawi yang mencakup kehidupan. Mintakat besar vegetasi
dunia, seperti mintakat-mintakat menurut ketinggian, terutama bergantung pada
suhu dan untuk mudahnya kita membedakan tumbuhan yang megaterm (tumbuhan yang
menyukai habitat yang panas), mikroterm (tumbuhan yang menyukai habitat yang
dingin), dan mesoterm (tumbuhan yang menyukai habitat diantara kedua habitat
tersebut). Tumbuhan yang berbeda teradaptasi secara berbeda-beda terhadap
keadaan suhu yang menyangkut minimum, optimum, dan maksimum untuk hidupnya
secara keseluruhan demikian pula untuk komponen-komponen fungsi fisiologinya,
kendati suhu sebenarnya dapat berubah dengan variasi pada kondisi yang berbeda
dan menurut keadaan tumbuhan(dan tentu saja juga berbeda-beda pada tumbuhan
yang berlainan) ( Daldjoeni, 1986).
Kelembaban
adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan
relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat
kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap
(dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dantermostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan
sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di
udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C
(86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
Dalam
bidang pertanian kelembaban udara biasanya digunakan untuk meningkatkan
produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya. Dengan mengetahui
kelembaban udara yang ada dilingkungan tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita
dapat menentukkan pemilihan jenis tanaman yang sesuai, misalnya tanaman
bakau yang ditanam pada daerah yang berkelembaban tinggi, bakau tersebut
akan berkembang dan berproduktifitas dengan maksimal, sebaliknya jika bakau
tersebut di tanam pada daerah yang mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau
tersebut tidak akan berproduktifitas dan berkembang secara maksimal.
Ukuran
untuk menyatakan jumlah uap air yang digunakan dalam tulisan ilmiah ini adalah
sebagai berikut :
a. Suhu
Bola Kering ( T )
Biasanya disebut sebagai suhu udara,
merupakan istilah yang umum digunakan. Ketika orang menyebut suhu udara,
biasanya mereka mengacu pada temperatu bola kering. Disebut suhu bola kering
karena dalam mekanisme kerjanya tidak terpengaruh oleh kelembaban udara. Suhu
bola kering dapat diukur dengan menggunakan termometer normal yang terkena
udara bebas, tetapi terlindung dari radiasi dan kelembaban. Satuan suhu yang
biasa digunakan adalah derajat Celcius (oC), derajat Fahrenheit (oF) dan satuan
Kelvin (K). titik Nol pada Kelvin setara dengan 273 oC.
b.
Suhu Bola Basah ( Tw )
Suhu bola basah
adalah temperatur adiabatik yang jenuh. merupakan suhu yang ditunjukkan oleh
thermometer bola basah yang terkena aliran udara. Diukur menggunakan
thermometer yang terbungkus kain kasa basah. Penguapan adiabatik dari air pada
thermometer dan akibat pendinginan yang ditunjukkan untuk membaca bahwa suhu
lebih basah dibanding dari suhu kering di udara. Tingkat penguapan dari kain
kasa yang basah pada thermometer dan perbedaan antara suhu bola kering dan suhu
bola basah tergantung pada kelembaban udara. Penguapan berkurang ketika udara
mengandung uap air lebih banyak. Suhu bola basah selalu lebih rendah dibanding
suhu bola kering, namun akan identik dengan kelembaban relatif 100 % dimana
suhu udara berada pada titik jenuh.
C.
Lama
Penyinaran
Matahari memiliki intensitas yang dapat
diukur yaitu dengan menggunakan Aktinograf dan Solarimeter.Dalam menggunakan
Aktinograf kita membutuhkan kertas pias, yaitu berupa kertas yang menunjukkan
skala intensitas sinar matahari pada garis-garis vertical dan skala intensitas
sinar matahari pada garis-garis horizontal untuk menghitung keadaan cuaca dan
periode kita menggunakan Planimeter.
Lama penyinaran
surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai ke permukaan bumi selama
periode satu hari, diukur dalam jam. Periode satu hari disini lebih tepat
disebut panjang hari yakni jangka waktu selama surya berada di atas
horison.Halangan terhadap pancaran cahaya surya terutama awan, kabut, aerosol
atau benda-benda pengotor atmosfer lainnya. Lama penyinaran ditulis dalam
satuan jam sampai nilai persepuluhan atau dalam persen terhadap panjang hari.
Lama penyinaran surya dapat diukur dengan berbagai macam alat yang dapat
merekam sinar yang mencapai di permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam;
mampu merekam dengan tepat sampai nilai persepuluh jam (6menit). Terdapat empat
macam/tipe alat perekam sinar surya, yaitu : Tipe Campbell Stokes, Tipe Jordan,
Tipe Marvin, dan Tipe Foster. Dari 4 tipe tersebut hanya tipe Tipe Campbell
Stokes dan Tipe Jordan saja yang banyak dipakai di Indonesia (Sutiknjo. 2005).
Lama penyinaran matahari adalah
lamanya matahari bersinar cerah sampai permukaan bumi dalam periode satu hari
mulai dari terbit sampai terbenam yang dinyatakan dalam satuan waktu, yaitu
jam. Lama penyinaran matahari ini seringkali tidak penuh satu hari. Hal ini
dapat disebabkan karena sinar matahari terhalang oleh awan, aerosol atau kabut.
Intensitas radiasi matahari diartikan sebagai banyaknya atau jumlah energi dari
cahaya matahari yang diterima bumi, pada luas tertentu serta jangka waktu
tertentu. Satuan yang banyak digunakan adalah : kalori/cm2/menit disebut juga
Langley per menit, ditulis ly/menit. Dalam atmosfer bumi terdapat
bermacam-macam radiasi seperti :
a.
Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari
matahari yang sampai ke permukaan bumi.
b.
Radiation Difus (D) yang berasal dari
pantulan-pantulan oleh awan dan pembauran-pembauran oleh
partikel-partikel atmosfer.
c.
Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal
dari pantulan-pantulan oleh permukaan.
d.
Out Going Terrestial radiation (O), yaitu
radiasi yang berasal dari bumi yang berupa gelombang panjang.
e.
Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari
awan-awan dan butir-butir uap air dan CO2 yang terdapat
dalam atmosfer.
f.
Global (total) Radiation (Q).
g.
Net Radiation (R).
Dengan banyaknya jenis radiasi yang
terdapat di dalam atmosfer berarti banyak pula alat-alat yang diperlukan untuk
mengukur radiasi langsung (S). Misalnya :
1.
Amstrong Pyrheliometer
Pyrheliometer dipakai untuk mengukur
intensitas radiasi matahari langsung (S). Pyrheliometer terdiri dari 2 bagian
pokok, yaitu sensor yang menghasilkan gaya gerak listrik dan recorder yang
berisi battery, galvanometer dan amperemeter. Sensor berada didalam sebuah
tabung/silinder logam yang dapat diputar horizontal dan vertikal. Tabung
diputar mengikuti gerakan matahari sehingga sinar selalu jatuh tegak lurus ke
permukaan sensor. Pada bagian ujung/ muka tabung terdapat tutup yang dapat
diputar terhadap permukaan silinder. Penutup ini berfungsi sebagai pelindung sensor
terhadap matahari dan juga sebagai pemutus dan penghubung kontak listrik.
2.
Solarimeter dan Pyranometer
Digunakan untuk mengukur radiasi
matahari total. Untuk memperoleh data intensitas matahari secara kontinue,
Solarimeter dihubungkan ke sebuah alat pencatat yang dinamakan Chart Recorder
yang mempunyai sifat Self Balancing Potentiometric yaitu suatu recorder yang
bekerjanya berdasarkan keseimbangan antara signal (tenaga listrik yang masuk
berasal dari Solarimeter dengan tenaga listrik dari power supply. Gerakan dan
kedudukan pena ditentukan oleh keseimbangan kedua unsur tersebut. Dengan
demikian recorder ini memerlukan tenaga listrik yang diperlukan selain untuk
keseimbangan juga untuk menggerakkan pias (Chart) dan jam. Recorder ini sangat
peka terutama ketika sedang beroperasi, sedapat mungkin dihindarkan terhadap
getaran-getaran yang dapat mengganggu keseimbangan.
3.
Pyrgeometer untuk mengukur radiasi bumi (O)
4.
Net Pyrradiometer untuk mengukur radiasi total (R)
D.
Angin
Angin adalah udara yang
bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan
tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi
ke bertekanan udara rendah.
Angin memiliki hubungan
yang erat dengan sinar matahari karena daerahyang terkena banyak paparan sinar
mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih
rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran
udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong
udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.
Angin adalah udara yang
bergerak dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah, yang terjadi dialam.
Udara yang bergerak tersebut mempunyai massa, kerapatan dan kecepatan. Sehingga
dengan adanya faktor-faktor tersebut, angin mempunyai energi kinetik dan energi
potensial. Akan tetapi faktor kecepatan lebih mendominasi posisi massa terhadap
permukaan bumi. Dengan demikian energi kinetik lebih dominan daripada energi
potensial.
Pengukuran yang akurat
dari keceptan angin memerlukan turbin angin dan yang dapat meramalkan tangkapan
energi.Alat yang umum digunakan dalam pengukuran kecepatan angin disebut
anemometer.Anemometer yang paling sering digunakan adalah tipe mangkok yang
terdiri atas mangkok kecil dan poros yang berputar.
Pengukuran
panjang penyinaran dilakukan bertujuan untuk mengukur lamanya penyinaran
matahari.Panjang penyinaran adalah lamanya sinar matahari ke bumi dalam satuan
periode hari. Pengukuran panjang penyinaran matahari dilakukan menggunakan alat
Solarimeter. Solarimeter yang umumnya digunakan yaitu Solarimeter tipe Jordan dan tipe Compbell-Stokes.
a.
Solarimeter Type Jordan
Solarimeter tipe Jordan digunakan untuk mengukur lamanya
penyinaran surya per jam. Prinsip kerja alat ini adalah pembakaran pias.
Panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam satu jam. Dalam satu hari
Solarimeter ini menggunakan 2 kertas pias untuk menentukan lama panjang
penyinaran.Solarimeter bekerja berdasarkan reaksi fotokimia, sinar matahari yang masuk melalui lubang sempit
solarimeter bereaksi dengan Kalium
ferosianida yang terlapis dalam kertas pias dalam tabung silinder
di dalam solarimeter. Garam fero akan teroksidasi sehingga terbentuk noda
apabila dicuci dengan akuades. Selanjutnya digunakan kertas PP untuk mengukur
panjang noda yang terbentuk. Panjang
noda terbentuk merupakan panjang penyinaran aktual.
Alat
dipasang di tempat terbuka sehingga sinar matahari tidak terhalang oleh pohon
atau benda lain. Solarimeter ini dipasang dengan tidak ada halangan ke arah
timur maupun barat, karena merupakan arah terbit dan tenggelamnya matahari.
Kelemahan alat ini yaitu saat interprestasi hasil pengukuran oleh orang yang
berbeda dapat menunjukkan perbedaan sampai 5% lama penyinaran bulan.
Solarimeter tipe Jordan pemakaiannya kurang praktis sehingga alat ini sering
sekali tidak dipergunakan.
b.
Solarimeter Type Combell Stokes
Solarimeter tipe Combell Stokes bekerja berdasarkan
pemfokusan sinar matahari untukmengukur panjang penyinaran. Prinsip alat ini
adalah pembakaran pias, sedangkan panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam
satuan jam. Dalam satu hari Solarimeter ini menggunakan hanya satu kertas pias.
Kertas Pias diletakkan pada titik api bola lensa. Hasil pembakaran pias
akan terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas pias yang tidak
terletak pada titik api lensa tidak akan terbakar.
Seperti
pada Solarimeter Type Jordan, Alat ini dipasang di tempat terbuka yang tidak
terdapat halangan ke arah Timur matahri terbit dan ke arah Barat saat matahri
terbenam. Terdapat tiga jenis pias yang digunakan pada lat yang sama yaitu,
pias waktu matahari di ekuator, di utara dan di selatan.
III.
WAKTU
DAN TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.
Waktu
Praktikum pengamatan
curah hujan dilaksanakan pada tanggal 16 April- 20 Mei 2013 sedangkan pngamatan
di ATP dilaksanakan pada hari jum’at 31 Mei-1 Juni 2013 sore pukul 17.00 wib sampai
dengan hari sabtu pukul 17.00 wib.
B.
Tempat
Praktikum di laksanakan
di depan Sekret Himagron Jurusan BDP Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
dan AgroTechnoPark,
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1. Tabel
pengamatan curah hujan
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 16 April 2013
|
Ml
|
2
|
Rabu/ 17 April 2013
|
497
ml
|
3
|
Kamis/ 18 April 2013
|
112
ml
|
4
|
Jum’at/19 April 2013
|
0
ml
|
5
|
Sabtu/ 20 April 2013
|
0
ml
|
6
|
Minggu/ 21 April 2013
|
0
ml
|
7
|
Senin/ 22 April 2013
|
270
ml
|
|
Total
|
897
ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
293
ml
|
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 23 April 2013
|
0
ml
|
2
|
Rabu/ 24 April 2013
|
0 ml
|
3
|
Kamis/ 25 April 2013
|
0
ml
|
4
|
Jum’at/26 April 2013
|
555
ml
|
5
|
Sabtu/ 27 April 2013
|
0
ml
|
6
|
Minggu/ 28 April 2013
|
0
ml
|
7
|
Senin/ 29 April 2013
|
0
ml
|
|
Total
|
555
ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
79,28
ml
|
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 30 April 2013
|
0
ml
|
2
|
Rabu/ 1 Mei 2013
|
125
ml
|
3
|
Kamis/ 2 Mei 2013
|
0
ml
|
4
|
Jum’at/ 3 Mei 2013
|
0
ml
|
5
|
Sabtu/ 4 Mei 2013
|
0
ml
|
6
|
Minggu/ 5 Mei 2013
|
130
ml
|
7
|
Senin/ 6 Mei 2013
|
190
ml
|
|
Total
|
445
ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
63,57
ml
|
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 7 Mei 2013
|
0
ml
|
2
|
Rabu/ 8 Mei 2013
|
0
ml
|
3
|
Kamis/ 9 Mei 2013
|
7
ml
|
4
|
Jum’at/10 Mei 2013
|
0
ml
|
5
|
Sabtu/ 11 Mei 2013
|
0
ml
|
6
|
Minggu/ 12 Mei 2013
|
40
ml
|
7
|
Senin/ 13 Mei 2013
|
0
ml
|
|
Total
|
47
ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
6,71
ml
|
No
|
Hari/ tanggal
|
Volume
|
1
|
Selasa/ 14 Mei 2013
|
42
ml
|
2
|
Rabu/ 15 Mei 2013
|
0
ml
|
3
|
Kamis/ 16 Mei 2013
|
0
ml
|
4
|
Jum’at/17 Mei 2013
|
0
ml
|
5
|
Sabtu/ 18 Mei 2013
|
0
ml
|
6
|
Minggu/ 19 Mei 2013
|
0
ml
|
7
|
Senin/ 20 Mei 2013
|
0
ml
|
|
Total
|
42
ml
|
|
Rata-rata Hujan
|
6
ml
|
2. Tabel pengamatan klimatologi di
(ATP)
No
|
Pukul
|
Suhu
|
kelembaban
|
CH
|
CS
|
Solarimeter
(x 10 lux)
|
anemometer
|
||
Max
|
Min
|
BB
|
BK
|
||||||
1.
|
17.00
|
31
|
31
|
28,2
|
30,41
|
-
|
-
|
1691,32
|
|
2.
|
18.00
|
28
|
27,5
|
26,4
|
27,9
|
-
|
-
|
1691,32
|
|
3.
|
19.00
|
27
|
26
|
26
|
26,9
|
-
|
-
|
1691,32
|
|
4.
|
20.00
|
26
|
25
|
24
|
25
|
-
|
-
|
1691,32
|
|
5.
|
21.00
|
26
|
26
|
25,3
|
26
|
-
|
-
|
1691,32
|
|
6.
|
22.00
|
25
|
24
|
24
|
25
|
-
|
-
|
1691,32
|
|
7.
|
23.00
|
25
|
26
|
25
|
25
|
-
|
-
|
1691,34
|
|
8.
|
24.00
|
26
|
25,5
|
25,2
|
25,2
|
-
|
-
|
1691,34
|
|
9.
|
01.00
|
25
|
15
|
26
|
26
|
-
|
-
|
1691,39
|
|
10.
|
02.00
|
36
|
25
|
25
|
25
|
-
|
-
|
1691,39
|
|
11
|
03.00
|
36
|
25,5
|
24
|
24
|
-
|
-
|
1691,39
|
|
12
|
04.00
|
24
|
24
|
24
|
24
|
-
|
-
|
1691,39
|
|
13
|
05.00
|
24
|
24
|
24
|
24
|
-
|
-
|
1691,40
|
|
14
|
06.00
|
24
|
23
|
23,3
|
23,3
|
Tt
|
440
|
1691,40
|
|
15
|
07.00
|
25
|
25,1
|
25
|
24,5
|
|
T
|
1463
|
1691,40
|
16
|
08.00
|
27,4
|
29
|
29
|
28
|
|
T
|
1693
|
1691,40
|
17
|
09.00
|
30
|
30
|
28
|
30
|
|
T
|
1417
|
1691,40
|
18
|
10.00
|
28,4
|
30,5
|
30
|
29,8
|
|
Tt
|
625
|
1691,40
|
19
|
11.00
|
28,4
|
30,4
|
29,8
|
29
|
|
Tt
|
940
|
1691,40
|
20
|
12.00
|
29,3
|
33,1
|
29
|
33
|
|
T
|
920
|
1691,40
|
21
|
13.00
|
30
|
33,2
|
33
|
33
|
|
T
|
780
|
1691,40
|
22
|
14.00
|
35,5
|
35
|
33
|
34,1
|
|
T
|
264
|
1691,40
|
23
|
15.00
|
33,5
|
33
|
34,1
|
33,1
|
|
T
|
3233
|
1691,40
|
24
|
16.00
|
33
|
32
|
32
|
32
|
|
Tt
|
163
|
1691,40
|
25
|
17.00
|
31,5
|
31
|
31
|
31
|
|
Tt
|
894
|
1691,40
|
Keterangan:
CH = curah hujan (mm) BB
= bulan basah
CS = cambel stockes BK
= bulan kering
B. Pembahasan
Iklim merupakan
komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan
dan diduga terutama suhu. Faktor suhu mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur iklim
berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan produktivitas
tanaman
Klimatologi pertanian merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan tentang hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema khusus
kegiatan pertanian, terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam jangka
pendek. Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro yakni
keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman atau
obyek pertanian tertentu yang bersangkutan. Selain itu dalam hubungan yang
luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan antara
laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur cuaca
dari pengamatan jangka panjang.
Pengenalan atau
pengetahuan tentang alat-alat klimatologi untuk pengukuran lama penyinaran
sinar matahari, suhu udara, kelembabpan, angin dan curah hujan sangatlah
penting, karena hal tersebut berpontensi memberikan pemahaman kepada praktikan
tentang betapa pentingnya, alat-alat klimatologi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari terutama didalam bidang pertanian. Apalagi perkembangan dunia
pertanian sangat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk faktor iklim maupun
faktor cuaca, dan intensitas cahaya matahari.
Suhu merupakan
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Suhu tanah bergantung juga dengan radiasi matahari,. Suhu dibedakan
menjadi suhu tanah maupun udara disekitar tajuk tanaman. Suhu tanah
banyak dipengaruhi oleh penyinaran matahari yang dialami, untuk mengetahui
seberapa besar panas yang diserap oleh tanah maka digunakan alat termometer
tanah selubung logam.
Tinggi
rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan
tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Peranan
suhu erat kaitannya dengan kehilangan lengas tanah, melewati mekanisme
transpirasi dan evaporasi. Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro
di sekitar tajuk tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada
musim kemarau.
Berdasarkan pengamatan terhadap bagian alat pengukur lama
penyinaran matahari serta penjelasan dari Co. ass, dapat diketahui bahwa
pengukuran lama penyinaran matahari dimulai dari jam 07.00 sampai jam 18.00,
karena jangka waktu penyinaran matahari di hitung dalam priode satu hari
Adanya saling
keterkaitan antara iklim, suhu, radiasi matahari memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan
yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian.
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum agroklimatologi
adalah:
1.
Curah
hujan (presipitasi) adalah air dalam bentuk cair atau padat yang jatuh ke bumi
yang selalu didahului oleh proses kondensasi dapat diukur dengan alat manual
(OBS) maupun otomatis (Tipe Hellman)
2.
Suhu adalah derajat
panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan
thermometer
3.
kelembaban
udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan
tumbuhan budi daya dapat diukur menggunakan termometer bola basah dan bola
kering.
4.
Lama
penyinaran surya adalah lamanya surya bersinar cerah sampai ke permukaan bumi
selama periode satu hari, diukur dalam jam.
5.
Angin adalah udara yang
bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan
tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi
ke bertekanan udara rendah dapat diukur dengan menggunakan anemometer.
6.
Pengukuran
panjang penyinaran matahari dilakukan menggunakan alat Solarimeter.
Praktikan diharapkan untuk memahami
dan mengetahui lebih jauh lagi alat yang di gunakan dalam pengukuran curah
hujan, suhu, kecepatan angin, lama penyinaran dan kelembaban. Selain itu, alat
yang di gunakan juga harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Daftar Pustaka
Anonim, 2010. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari, Suhu
Udara dan Suhu Tanah. http://www.TP UNRAM.blogspot.com. Diakses pada tanggal
14 November
2010
Guslim.
2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Handoko.
1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan
unsur-unsur
iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Hanum,
C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi
Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Karim,
K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Diterbitkan dengan
Biaya
Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
Kartasapoetra,
A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman
Edisi Revisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan,
B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo
Persada,
Jakarta.
Pettersen, 2006. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Sutiknjo, Tutut
D. 2005. Petunjuk Praktikum Klimatologi.
Fak. Pertanian
Universitas Kediri: Kediri.
Wisnubroto,
S., 2006.Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya,
Jakarta.
Wikipedia.com,
2008. Radiasi Surya. Dikutip dari http://www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 15 Mei 2013.
0 komentar:
Posting Komentar